Rabu, 18 Desember 2013

Makalah Ikan Cupang (Betta Sp.)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial, permintaan yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini mendorong perkembangan budidaya ikan hias di Indonesia. Salah satunya adalah ikan Betta splendens Regan atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Habitat ikan ini di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini sudah banyak dibudidayakan. Perkembangbiakan Betta splendens bersifat bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum berpijah dan telur-telur dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994;Sanford,1995).
Ikan cupang (Betta sp.) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada warna yang dimunculkan dari tubuhnya. Berbagai warna-warni indah pada ikan pada dasarnya dihasilkan oleh sel-sel pigmen (chromatophore) yang terletak pada kulit ikan. Ikan cupang (Betta sp.) adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada warna yang dimunculkan dari tubuhnya seperti bentuk, tampilan dan warnanya. Keindahan bentuk sirip dan warna sangat menentukan nilai jual. Warna pada ikan cupang mempunyai fungsi yang signifikan, yaitu sebagai pengenal jenis yaitu dari tampilan pola dan corak warna pada tubuhnya juga sebagai proteksi diri dari ancaman pemangsanya (Purwakusuma, 2007)

1.2.Tujuan
1.      Untuk mengetahui seksualitas ikan cupang
2.      Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad pada ikan cupang
3.      Untuk mengetahui fekunditas ikan cupang


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi Ikan Cupang ( Betta sp.)
            Ikan Cupang (Betta sp.)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Actinopterygii
Order               : Perciformes
Family             : Osphronemidae
Genus              : Betta
Species            : Betta sp. (Regan, 1910)

2.2. Deskripsi Ikan Cupang ( Betta sp.)
           
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya, terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga dijuluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar antara 24-29 oC. Pertumbuhannya ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama ke waktu penjualannya.

2.3. Habitat Ikan Cupang
            Ikan Cupang Hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah persawahan hingga sungai yang bertemperatur 24-27 derajat celcius, dengan pH berkisar 6,2 – 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5-12 dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2 dan hardness berkisar 8,5 – 10dH.

2.4. Morfologi cupang
Ikan ini berasal dari sumatra, jawa, singapura dan malaysia. Ikan ini bersifat karnivora dan bersifat sangat agresif terutama untuk yang jantan. Dipasaran ada dua jenis cupang yaitu  cupang adu dan cupang hias. Cupang hias memiliki sirip yang panjang dan bersifat tenang sedangkan cupang adu memiliki sirip yang pendek dan sangat agresif. Cupang meilikiki berbagai jenis warna mulai dari biru tua, merah tua, albino, kehijauan (Wira, 2007).

2.5. Fisiologi cupang
Perilaku berhubungan dengan tingkah laku alami yang ditunjukkan ikan cupang. Selama penangkaran, perilaku alami tersebut hendaknya tidak dihambat atau dihilangkan. Namun, perlu diolah agar sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Penghambatan perilaku alami justru berakibat buruk bagi ikan. Hal tersebut mengakibatkan ikan menjadi stres karena tidak dapat menyalurkan hasratnya(Wira, 2007).

2.6. Perilaku makan        
Secara umum, ikan mempunyai dua pola dalam mencari pakan, yaitu aktif mencari pakan pada siang hari (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Sementara cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu aktif mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga tenggelam. Di alam, cupang akan memakan pakan yang ditemui sebanyak-banyaknya. Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora, yaitu memakan binatang hidup. Hal itu terlihat dari bentuk giginya yang runcing (bergerigi). Adapun jenis pakan yang biasa disantap ikan ini yaitu larva serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera (Wira, 2007).

2.7 Ciri seksualitas primer dan sekunder
ikan cupang cukup mudah dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri kelamin sekundernya. Berikut ini ciri-ciri indukan yang baik dan siap kawin:
a.        Pejantan
·         Telah mencapai usia delapan bulan. Dapat ditandai dengan ukuran yang sudah melebihi enam senti meter. Atau melihat pangkal ekor yang kekar.
·         Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·         Memiliki mental yang berani.
·          Memiliki warna yang cerah dan cemerlang.
·          Sering membuat gelembung busa di permukaan air.
·          Gerak-gerik yang genit ketika melihat cupang betina
·         Memiliki dasi, yaitu modifikasi dari sirip ventral yang lebih panjang dr betina.

b.        Betina
·         mencapai usia yang cuku yakni delapan bulan. Ditandai dengan perutnya yang gendut.
·          Memiliki bentuk fisik yang bagus.
·          Memiliki warna cemerlang serta sirip yang tegas.
·         Tubuh ikan berubah warna menjadi garis-garis transparan seperti zebra.
·         Bintik putih pada abdomen yang menjendol tanda telur siap dibuahi.
·         Dasi lebih pendek
Sedangkan ciri kelamin primer relatif sulit untuk diamati secara visual karena organ genitalnya cukup kecil. Ikan cupang jatan mempunyai organ yang bernama testis, sedangkan ikan cupang betina mempunyai organ yang bernama ovari. Untuk reproduksi, biasanya perbandingan ikan jantan dan betina adalah 1:3.

2.8. Perilaku memijah
Sebagaimana hewan lainnya, proses pemijahan dilakukan dengan jalan salah satu pasangan menarik perhatian lawan jenisnya. Dalam kasus ini, cupang jantan merupakan pihak yang melakukan aksi menarik perhatian tersebut. Cupang jantan akan berlagak memamerkan “ketampanannya” di depan sang betina sambil mengembangkan sirip-siripnya. Dengan keindahan warna tubuhnya pula, cupang jantan akan mendekati sang betina dan berputar-putar. Setelah sang betina tertarik, cupang jantan akan menelikung tubuh betina. Sementara cupang betina membiarkan tubuhnya melayang dalam “dekapan” sang jantan. Jika selesai memijah, cupang jantan akan melepaskan tubuh betina. Dari tubuh betina pun akan terlihat telur yang keluar dan berjatuhan ke dasar media pemeliharaan (Paul, 2004).
Selanjutnya, tugas cupang jantanlah yang merawat telur hingga menetas. Dalam hal ini, terdapat dua tipe pemijahan yang terjadi pada ikan cupang, yaitu bubble nest breed dan mouth brooder. Di antara keduanya tertdapat perbedaan prinsip dalam hal menetaskan telur (Paul, 2004)
1. Bubble nest breed
Secara alami, cupang jantan yang siap memijah pada tipe ini akan terlihat membuat sarang busa. Sarang busa yang dibuat berbentuk gelembung-gelembung kecil udara yang ditempatkan sang jantan di permukaan air. Biasanya, sarang busa ini ditempelkan pada dedaunan atau tanaman air (Paul, 2004).
Setelah selesai membuat sarang busa, cupang jantan akan menggiring cupang betina untuk melakukan perkawinan di bawah sarang busa yang telah dibuat. Cupang jantan akan menangkap telur yang berjatuhan dan menyimpan dalam mulutnya. Selanjutnya, telur tersebut disemburkan ke sarang busa agar melekat. Telur yang jatuh akan diambil dan disemburkan kembali hingga benar-benar melekat. Sejak saat itu, cupang jantan dengan setia menjaga telurnya dari gangguan ikan lain. Selain itu, sang jantan akan mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar suplai oksigen untuk telur tetap terjaga. Selama itu pula, induk jantan akan merenovasi sarang busa yang rusak dengan membuat sarang baru. Setelah menetas, anak cupang akan tetap berada dalam sarang busa sampai mereka mampu menembus atau melepaskan diri dari sarangnya. Jika telah terlepas, anak cupang sudah  mampu menghirup udara langsung dari udara. Adapun jenis ikan cupang yang termasuk dalam bubble nest breed yaitu Betta akarensis, Betta coccina, Betta bellica, Betta tasyaee, Betta smaragdina, Betta imbellis, dan Betta splendens (Paul, 2004).
2. mouth brooder
Pada kelompok ini, cupang jantan akan memunguti telur yang sudah terbuahi dan memasukkan serta mengeraminya dalam mulut hingga menetas. Selama mengerami telur tersebut cupang jantan berpuasa dan menghindari kontak fisik dengan jantan lain. Setelah menetas, anak cupang akan dikeluarkan dari mulut induk jantan ke permukaan air. Selanjutnya, induk jantan akan tetap melindungi anaknya dengan cara memasukkan kembali anaknya ke dalam mulut jika ada bahaya. Hal tersebut dilakukan hingga anak cupang berumur satu minggu dan bisa mencari makan sendiri. Selanjutnya, induk jantan tidak lagi melindungi anaknya dengan cara memasukkan ke dalam mulut, tetapi sekedar berjaga-jaga di dekatnya. Hal tersebut dilakukan karena ukuran anak cupang yang sudah mulai membesar. Beberapa jenis cupang yang berkembang biak dengan cara ini di antaranya Betta pugnax, Betta taeniata, Betta macrostoma, Betta unimaculata, Betta picta, Betta anabantoides, Betta edithae, dan Betta foerschi (Paul, 2004).3. Tingkat kematangan gonad ikan cupang.

2.9. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Cupang
            TKG (Tingkat Kematangan Gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan seksual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mencapai kematangan gonad, dapat dibagi dalam beberapa tahapan. Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad dilakukan dalam dua cara, yakni analisis laboratorium dan pengamatan visual.
Cara yang umum digunakan ialah metode pengamatan visual berdasarkan ukuran & penampakan gonad, sebagai catatan metode ini bersifat subyektif. Indikator pembagian tahapan kematangan gonad dengan cara visual ialah:
1.      Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, 1/4 bagian, 1/2 bagian, ¾ bagian atau penuh).
2.      Berat gonad segar (ditimbang).
3.      Penampakan : warna gonad.
4.      Penampakan butiran telur (ova) untuk ikan betina (opaque, translucens /ripe/gravid).
5.      Ada tidaknya pembuluh darah, dll.
Semakin besar ukuran gonad (beratnya makin tinggi), maka semakin tinggi pula TKG-nya. Nilai TKG juga berbanding lurus dengan nilai GSI (Gonado Somatic Index) dan atau GI (Gonad Index). Rumus GSI menurut Batts (1972):
GI=(Wg/L^3)*10^8
Keterangan: GI: Gonado Somatic Index; Wg: Berat Gonad (gram); L Panjang ikan (mm). Karena sifatnya yang subjektif, sering terjadi perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Sebagai acuan standar umum digunakan 5 tahap TKG (Five stage of visual maturity stage for partial spawning fishes), yakni:
1.      TKG I (immature, dara);
2.      TKG II (developing, dara berkembang);
3.      TKG III (maturing/ ripening, pematangan);
4.      TKG IV (mature/ ripe/ gravid, matang)
5.      TKG V (spent, salin).
Diantara kelima kematangan standar tersebut, TKG III biasanya memiliki nilai GSI/GI dalam kisaran yang luas, menunjukkan tahap pematangan itu berlangsung relatif lebih lama dibanding TKG lainnya. Perbedaan spesifik dari tiap TKG bisa diketahui dari pengamatan mikroskopis terhadap ukuran diameter & penampakan ova, atau irisan histologis dari gonad/ovary (Effendie; Moch. Ichsan. 2002).

2.10. Fekunditas Ikan Cupang
            Fekunditas ikan cupang, dapat ditentukan berdasrkan pengaruh umur, dan pakan yang diberikan. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur ikan menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya.Pakan yang baik digunakan untuk ikan cupang indukan adalah Dhapnia sp. dengan kandungan lemak sebesar 8.0%. jika dibandingkan dengan Tubifex yang mengandung lemak sekitar 13.3%. Kandungan lemak tinggi dapat mengakibatkan timbunan lemak yang menutupi saluran pengeluaran telur (oviduct), sehingga induk akan kesulitan dalam pengeluaran telur. Keberadaan pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas.
Karoten berfungsi penting dalam fisiologis, yaitu dalam sistem endokrin seperti perkembangan dan pematangan gonad. Daphnia dan Tubfex mengandung karoten yang mengakibatkan warna merah pada tubuhnya. Induk umur 4 bulan memiliki produksi larva lebih tinggi,hal ini dikarenakan kemampuan produksi larva didukung kuantitas dan kualitasdari telurnya, bila telur yang dihasilkan sedikit dan mernpunyai kualitas kurang baik maka produksi larvanya juga rendah.
Fekunditas dapat menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu pemijahan.Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula tingkat produksi larvanya.Fekunditas ikan cupang biasanya berkisar 700 butir dengan ukuran induk 3-3.5bulan (Alumnus Fakultas Biologi 2001).Fertilisasi dan daya tetas ikan cupang dapat ditentukan oleh kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut. Temperatur optimaluntuk pemijahan ikan hias Betta splendens berkisar antara 26C sampai 29C. Peningkatan suhu dan tekanan oksigen dapat mempengaruhi daya tetas, sedangsuhu air dapat mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan embrio ikan pada proses perkembangan. Telur ikan Betta splendens tergolong berukuran sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 26 Csampai 28 C, dengan waktu penetasan sekitar 3 sampai 4 hari.
            pH yang optimal untuk penetasan ikan hias Bettas plendens berkisar antara 6,2 – 7,8 dan kandungan oksigen terlarut berkisar antara 6,0 – 7,2 ppm. Jumlah telur yang diovulasikan berkisar antara 775 butir sampai 900 butir, jika kualitas air baik temperatur, pH,dan oksigen terlarut yang digunakan optimal (Yustina 2003).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ikan cupang berasal dari Sumatra, Jawa, Singapura dan Malaysia. Cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu aktif mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga tenggelam. ikan cupang cukup mudah dikenali dengan pengamatan secara visual dari ciri kelamin sekundernya. Ikan cupang jantan mempunyai karakter fisik yang lebih menarik. Warna lebih beragam dan sirip yang lebih panjang dan agresif. Sedangkan betina tidak punya warna yang cukup menarik, sirip yang tidak lebih panjang daripada ikan cupang jantan. Sedangkan ciri kelamin primer relatif sulit untuk diamati secara visual karena organ genitalnya cukup kecil. Proses pemijahan dilakukan dengan jalan salah satu pasangan menarik perhatian lawan jenisnya. Terdapat dua tipe pemijahan yang terjadi pada ikan cupang, yaitu bubble nest breed dan mouth brooder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar