Rabu, 18 Desember 2013

Makalah Ikan Nila


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
             Ikan nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas air tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara – negara yang sedang berkembang (Khairuman dan Amri, 2008). Rukmana (1997), menambahkan bahwa ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar potensial untuk sumber protein hewani yang dapat dijangkau berbagai lapisan masyarakat.
            Ikan nila dikenal dengan TILAPIA yang merupakan ikan bukan asli perairan Indonesia tetapi jenis ikan pendatang yang diintroduksikan ke Indonesia dalam beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata dengan cepat berhasil dengan cepat menyebar keseluruh pelosok Tanah Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup popular. Begitu populernya ikan nila sehingga saat ini dapat dengan mudah ditemukan. Secara resmi ikan nila (Oreochromis sp.) didatangkan oleh Balai Penelitian Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani Indonesia (Suyanto,2003).
Prospek pengembangan budidaya ikan nila juga diperkirakan memiliki peluang yang memberi andil cepatnya perkembangan usaha budidaya ikan nila adalah rendahnya biaya produksi, sehingga tidak mengherankan jika keuntungan yang diperoleh juga cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa ikan nila merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila adalah memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan, memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian, memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif (Rizal, 2009)
Khairuman dan Amri (2008), menambahkan faktor lain yang menyebabkan ikan nila berkembang sangat pesat adalah adalah cita rasa dagingnya yang khas dan harga jualnya terjangkau masyarakat. Warna daging ikan nila putih dan tidak banyak durinya sehingga sering dijadikan sumber protein yang murah dan mudah didapat. Hal ini bisa dimengerti karena kandungan gizi ikan nila cukup tinggi, yakni sekitar, 17,5 %, sehingga membuka peluang pasar lebih luas. Kebutuhan pasar terhadap ikan nila tidak hanya terbuka untuk ikan nila  berukuran konsumsi, tetapi juga merambah ke ikan nila stadium benih. Sehingga dengan sendirinya perkembangan yang pesat tersebut mendatangkan peluang baru bagi pembenihan dan pemasaran benih ikan nila.
 
1.2 Rumusan Masalah
a)      Klasifikasi dan Identifikasi ikan Nila
b)      Morfologi ikan Nila
c)      Teknik Budidaya ikan Nila
d)     Pemanfaatan ikan Nila
 
1.3 Tujuan Penulisan
a)      Mengetahui bagaimana Klasifikasi dan Identifikasi ikan Nila.
b)      Mengetahui bagaimana Morfologi ikan Nila
c)      Mengetahui bagaimana Teknik Budidaya ikan Nila
d)     Mengetahui bagaimana Pemanfaatan ikan Nila
 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Nila.
a)      Klasifikasi Ikan Nila.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleosin
Ordo : Percormorphii
Sub Ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis Niloticus
Common Name : Nile Tilapia
Local Name : Nila
 
b)      Identifikasi Ikan Nila
Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur seperti di bawah sungai Nil, Danau Tangayika, Nigeria yang pada awal perkembangan ikan nila masih digolongkan dalam kelompok Tilapia. Dalam perkembangannya para taksonom menggolongkan ikan ini ke jenis Sarathrodon Niloticus atau kelompok Tilapia yang yang mengerami telur dalam ikan betina yang disebut Mouth Breeder. Nama ikan nila diambil dari tempat asalnya yaitu sungai Nil (Satyani, 2001).
Ikan nila banyak hidup di dareah sungai dan danau. Ikan nila sangat cocok dengan dipelihara pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan nila merupakan ikan tropis yang hidup pada perairan hangat yang berasal dari benua Afrika dan memiliki sifat cepat tumbuh dan berkembang biak pada umur masih muda, sekitar 3.6 bulan (khoironi, 1996).
Ikan nila akan mampu bertahan hidup pada air dengan salinitas 50 g/l dan tumbuh baik pada air dengan salinitas 18ppt. sedangkan ikan nila dengan jenis Tilapia Aurea dan Tilapia Nilotica akan berkembang biak dan tumbuh baik pada salinitas perairan berkisar 10-20 g/l (Boya, 1990).
 
2.2 Morfologi Ikan Nila
            Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila hitam) dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan. (Suyanto, 1993).
            Ikan nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya adalah 2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar kelihatan pada saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).
            Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna sirip memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni (Hasni, 2008).
 
a)      Anatomi Ikan Nila.
Sedangkan menurut Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
1.    Sistem pelindung                       : Kulit
2.    Sistem otot                                 : Penggerak otot
3.    Sistem rangka                             : Pelindung organ dalam
4.    Sistem pernafasan                      : Ekskresi dan Sekresi
5.    Sistem peredaran darah              : Sirkulasi
6.    Sistem pencernaan                     : Metabolisme
7.    Sistem saraf                                : Penyusun
8.    Sistem Hormon                          : Pengendali
9.    Sistem Reproduki                      : Perkembangbiakan
Menurut Etty (2007), struktur anatomi ikan sangat berperan penting dalam tubuh ikan. Contohnya adalah ginjal. Semua ginjal vertebrata termasuk ikan nila terdiri atas unit-unit nephrons yang berfungsi sebagai berikut :
1.    Filtrasi glomerulus terhadap air dan molekul yang diperlukan ke dalam darah.
2.    Penyerapan kembali air dan molekul yang diperlukan ke dalam darah pada bagian mulut.
3.    Mensekresi ion dan produk limbah dari kapiler ke dalam tubulus dista.
 
b)      Sistem pencernaan ikan Nila
Menurut Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan adalah :
1.    Pencernaan di mulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva.
2.    Disalurkan melalui faring dan esophagus
3.    Pencernaan di lambung dan usus halus
4.    Absorbs air dalam usus besar, sisa makanan menjadi feses
5.    Feses dikeluarkan melalui kloaka
 
c)      Sistem Ekskresi ikan Nila.
Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat permukaan tubuhnya
Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang
 
d)     Sistem Reproduksi ikan Nila
            Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya
 
e)      Jenis, Bagian dan Fungsi Sisik
Sisik ikan terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar tipis merupakan epidermis dibentuk oleh sel-sel epithelial. Pada epidermis diketemukan kelenjar-kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir. Lapisan di bawahnya adalah dermis, kutin, dan klorium. Sisik ikan terbentuk dari lempeng-lempeng tulang rawan yang lentur dan saling tumpang tindih. Ada empat jenis tipe sisik, yaitu plakoid, ganoid, sikloid, dan stenoid. Sisik ganoid berbentuk rhombis, pada permukaannya terdapat lapisan dentin yang disebut ganoin.
Ada beberapa lapisan denti yang dikenal, yaitu:
1. Sisik kosmoid merupakan sisik ikan ada bangsa Crossopterygi yang telah punah
2. Sisik ganoid
3. Sisik Planoid
4. Sisik Leptoid
Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang. Mempunyai garis vertikal 5-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring. Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang terletak dibawahnya. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada garis rusuk 5 buah. Tipe sisik adalah etenoid. Bentuk ekor berpinggiran tegak
 
f)       Habitat ikan Nila.
Ikan nila mempunyai habitat diperairan tawar, seperti sunga, danau, waduk dan rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas, sehingga ikan dapat pula hidup dan berkembang biak di perairan payau dan laut. Salinitas yang disukai antara 0-35 promil. Ikan nila air tawar dapat dipindakan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap.  Kadar garam air dinaikan sedikit demi sedikit. Berkaitan dengan habitatnya, ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar (Suyanto,2003).
Panggabean (2009), menambahkan kualitas air yang sesuai dengan habitat ikan nila sebagai berikut :
·         Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6- 8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
·         Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
·         Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
 
g)      Alat untuk menangkap Ikan Nila
Jenis pancing yang biasa digunakan adalah pancing berpelampung, dengan ukuran tali 2-15 lbs dan mata kail nomor 6-10. Umpan memancing ikan nila di danau atau waduk biasanya lumut hijau halus yang dililitkan pada mata pancing. Para pemancing juga sering menggunakan daging buah sawit tua yang dirajang kecil-kecil. Bisa juga menggunakan umpan cacing, udang, campuran minyak udang, juga serangga seperti kecoa dan laron. Untuk ikan nila yang dipelihara di kolam biasa dipancing dengan umpan pellet. Kadang-kadang ikan nila juga mau menyambar umpan pancing tiruan (lure) dengan cara casting.
Posisi mata kail untuk memancing ikan nila biasanya berada sedikit dibawah permukaan air atau di tengah-tengah kedalaman. Karena ikan nila seringnya berada di tengah-tengah perairan, ketika memakan umpan yang kita taburkan tadi otomatis ikan akan muncul ke permukaan, sehingga posisi mata kail tidak perlu dalam-dalam.
 
h)      Penyebaran Ikan Nila.
Daerah yang terbanyak menghasilkan Nila yang dibesarkan pada sistem kolam adalah Provinsi Jawa Barat sedangkan dari sistem keramba adalah dari Provinsi Jawa Tengah.
Potensi pembesaran ikan di kolam dan di sawah sangat tepat terutama diluar Jawa, di daerah Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Bengkulu, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Sedangkan dengan sistem budidaya keramba jaring apung seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi.
2.3 Teknik Budidaya Ikan Nila.
Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang pesat.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:
Keramba jala apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, Klakah, Lumajang
  • Suhu
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.
  • pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
  • Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.
  • Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 5 mg/l.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan. .
2.4 Pemanfaatan Ikan Nila.
Dalam pemanfaatanya, ikan Nila bukan hanya di jual dalam bentuk segar ataupun diolah sebagai bahan masakan yang biasa di santap di rumah maupun di restoran saja. Berikut ini adalah beberapa hasil olahan dari ikan nila :
·         Keripik ikan nila balita (baby fish chips)
·         Abon ikan nila
·         Ikan nila asap
·         Dendeng ikan nila
·         Surimi ikan nila

1 komentar: