Rabu, 15 Oktober 2014
PEMBUATAN IKAN
ASIN
Martina Sihombing
4443120722
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRACT
Practicum Aquatic Product Processing
Technology of manufacture of salted fish that use this type of tilapia and
barramundi. Practicum was held on Wednesday, October 15th, 2014 at 10:00 to
12:00 am which took place in the Laboratory TPHP Department of Fisheries,
Faculty of Agriculture, University of Sultan Agung Tirtayasa. The purpose of
this lab is to learn how to make salted fish with the fish salting method. The
tools used in this practicum include analytical balance, knives, trays, tool
for surgical, stationery, measuring cups, and containers. While the materials
used are tilapia and barramundi, salt, water, and plastic. The process of
salting the fish is useful to preserve the shelf life of the fish so that the
fish can be long lasting. The use of salt processing other than members flavors
also help inhibit the growth of microbial.
Keywords : Salt,
Salting, Traditional
ABSTRAK
Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil
Perairan tentang pembuatan ikan asin yaitu menggunakan jenis ikan nila dan
kakap putih. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014 dari
pukul 10.00-12.00 WIB yang bertempat di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dari praktikum
ini ialah untuk mengetahui cara pembuatan ikan asin dengan metode penggaraman
pada ikan. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain timbangan
analitik, pisau, nampan, alat bedah, alat tulis, gelas ukur, dan wadah.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan kakap putih, garam,
air, dan plastik. Proses penggaraman pada ikan berguna untuk mengawetkan ikan
sehingga daya simpan ikan bisa tahan lama. Pengolahan tersebut menggunakan
garam selain member citarasa juga membantu menghambat pertumbuhan mikroba.
Kata
Kunci : Asin, Penggaraman, Tradisional
PENDAHULUAN
Ikan merupakan sumber gizi hewani utama dan diperoleh
dari daging ikan segar, maupun daging ikan yang telah diawetkan dengan metode
tradisional maupun modern. Daging ikan mengandung unsur -unsur gizi seperti
protein, lemak, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi tersebut merupakan sumber
kalori, zat pembangun, zat pengganti sel dan jaringan tubuh yang rusak serta
membantu pengaturan organ tubuh (Hadiwiyoto, 1993). Pengawetan ikan tradisional
di Indonesia meliputi pengasinan, pemindangan, pembuatan peda, terasi, dendeng,
dan petis.
Pada
matakuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional dan Modern meliputi
hal-hal dimana sumber daya ikan dapat diolah baik secara tradisional maupun
modern. Cara tradisional masih menggunakan alat dan metode sederhana dimana
biasanya metode yang dilakukan turun-temurun atau sesuai budaya yang dimiliki.
Alat atau teknologi yang digunakan pun masih sederhana dan masih menggunakan
alat-alat yang hanya terdapat di lingkungan setempat dimana proses pengolahan
tradisional dilakukan. Karena cara dan metode yang digunakan masih sederhana,
sehingga pengolahan tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan diaplikasikan di
dalam praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Perairan Tradisional dan Modern.
Adapun tujuan dari praktikum kali
ini yaitu untuk mengetahui cara atau metode pembuatan ikan asin dan perbedaan
larutan garam dari jenis ikan yaitu kakap putih (Lates calcarifer) dan nila (Oreochromis
niloticus).
TINJAUAN PUSTAKA
Diantara
jenis-jenis ikan air tawar yang sekarang sedang dikembangkan dan dibudidayakan
adalah ikan kakap putih (Lates calcarifer)
dan ikan nila (Oreochromis niloticus).
Hal ini disebabkan karena ikan ini mudah hidup, cepat perkembangbikannya,
dagingnya berwarna putih dan rasanya cukup gurih. Cara pengolahan yang dapat
dikembangkan terhadap ikan tersebut adalah pengolahan ikan asin. Salah satu
upaya untuk mengawetkan ikan tersebut dengan cara membuat ikan asin.
Penggaraman
merupakan salah satu cara pengawetan ikan secara tradisional yang sering
disebut ikan asin. Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi
garam ke dalam tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut
dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau pengenceran larutan garam.
Bersamaan dengan keluarnya cairan dari tubuh ikan secara tradisional maupun
modern.
Garam
merupakan bahan bakteriostatik untuk beberapa bakteri meliputi bakteri pathogen
dan bakteri pembusuk. Konsentrasi garam yang digunakan dalam penggaraman ikan
sangat menentukan mutu dari ikan asin, karena pemberian garam mempengaruhi
jenis mikroba yang berperan. Penambahan garam pada proses pembuatan ikan asin
bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu (terkontrol).
Proses
penggaraman ikan secara basah (wet
salting) dapat menurunkan kadar protein dengan besar penurunan bergantung
pada kadar garam atau konsentrasi larutan garamnya serta lama penggaraman
(Opstvedt, 1998). Adapun keuntungan penggaraman basah (wet salting) adalah oksidasi lemak dapat dihindari, penetrasi garam
seragam dan merata, dan konsentrasi larutan garam mudah diatur. Apabila
konsentrasi larutan garam menurun maka dapat ditambahkan lagi garam ke dalam
larutan, begitupun sebaliknya.
Pada
pembuatan ikan asin jenis ikan yang dapat digunakan yaitu ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan ikan nila (Oreochromis niloticus). Kedua jenis ikan
tersebut memiliki morfologi yang hampir mirip dari bentuk tubuh dan tekstur
dagingnya. Ikan nila mempunyai mulut dengan letaknya terminal, garis rusuk
terputus menjadi 2 bagian dan letaknya memanjang dari atas sirip dan dada,
bentuk sisik stenoid, sirip kaudal rata dan terdapat garis-garsi tegak lurus.
Sebagian besar tubuh ikan ditutupi oleh lapisan kulit dermis yang memiliki
sisik. Sisik ini tersusun seperti genteng rumah, bagian muka sisik menutupi
oleh sisik yang lain (Santoso, 1996). Adapan klasifikasi ikan nila yaitu:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Osteichtyes
Ordo :
Percomorphii
Famili :
Chiclidae
Genus :
Oreochromis
Spesies :
Oreochromis niloticus
Ikan
kakap putih (Lates calcarifer)
memiliki tubuh memanjang gepeng dan batang sirip ekor melebar, mata berwarna
merah cemerlang, mulut lebar dan sedikit serong dengan geligi halus, bagian
atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi, sirip punggung
berjari-jari keras 3 dan lemah 7-8, sedangkan bentuk sirip ekor bulat. Ikan
nila dan ikan kakap putih termasuk ke dalam ordo yang sama yaitu Percomorphii.
Adapun klasifikasi dari ikan kakap putih yaitu:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Teleostei
Ordo :
Percomorphi
Famili :
Centroponidae
Genus :
Lates
Spesies :
Lates calcarifer
METODOLOGI
Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Perairan tentang pembuatan ikan asin pada ikan nila
dan kakap putih ini adalah praktikum kedua yang dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 15 Oktober 2014 pada pukul 10.00-12.00 WIB di Laboratorium TPHP Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang-Banten.
Alat
yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain timbangan analitik, pisau,
nampan, alat bedah, alat tulis, gelas ukur, dan wadah untuk perendaman ikan di
larutan garam. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan kakap
putih, garam, air, dan plastik.
Untuk
prosedur kerja praktikum ini yaitu pertama-tama siapkan alat dan bahan yang
ingin digunakan. Bersihkan dan siangi ikan nila dan kakap putih serta bentuk
butterfly pada kedua ikan tersebut. Timbang berat kedua ikan dengan menggunakan
timbangan analitik. Setelah diketahui berat kedua ikan setelah dibutterfly,
membuat larutan garam dengan konsentrasi 20% dengan tambahan air 500 ml. Rendam
kedua ikan dengan larutan garam yang sudah dibuat perbandingan 1:1 selama 30
menit. Setelah 30 menit direndam, dijemur di bawah sinar matahari sampai kering
lalu setelah itu amati dan akan dilakukan uji organoleptik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
praktikum tentang pembuatan ikan asin ini dapat disimpulkan bahwa metode yang
dilakukan dalam penggaraman ikan tersebut yaitu wet salting dimana ikan direndam ke dalam larutan garam yang
konsentrasinya bisa kita kontrol. Keuntungan dari metode wet salting ini ialah oksidasi lemak dapat dihindari, penetrasi
garam seragam dan merata, dan konsentrasi larutan garam mudah diatur. Apabila
konsentrasi larutan garam menurun maka dapat ditambahkan lagi garam ke dalam
larutan, begitupun sebaliknya.
Untuk
praktikum selanjutnya disarankan agar alat pada praktikum lengkap dan jumlahnya
sesuai dengan pemakaian, seperti halnya gelas ukur hanya ada satu buah
sedangkan yang memakai sebanyak 6 kelompok. Hal ini disarankan agar untuk
praktikum selanjutnya waktu dan kinerja dapat berjalan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sofie
Thariq, Fronthea Swastawati, dan Titi Surti. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada Peda Ikan Kembung
(Rastrelliger neglectus) Terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih
(Umami). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol.2 No.3
Nurjanah,
Abdullah A, Kustiariyah. 2011. Pengetahuan
dan Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan. IPB Press. Bogor.
Rahmani,
Yunianta, dan Errayana Martati. 2006. Pengaruh
Metode Penggraman Basah Terhadap Karakteristik Produk Ikan Asin Gabus
(Ophiicephalus striatus). Universitas Brawijaya.
Sutarni.
2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Pengawetan Ikan Asin Teri Di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Esai. Vol.7 No.1
LAMPIRAN
Gambar 1. Ikan nila utuh Gambar 2. Penyiangan
ikan
Gambar
3. Ikan yang sudah disiangi Gambar
4. Penimbangan Ikan
Gambar
5. Pembuatan Larutan garam Gambar
6. Perendaman Larutan garam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar